Selasa, 31 Juli 2012

Pengelolaan Tanaman Padi (dengan Azolla)

Azolla tanaman air yang mungil tapi manfaatnya yang besar

Azolla tanaman air yang mungil tapi manfaatnya yang besar
Oleh : Dr. Syahrir Immanudin, Ph.d
Pengelolaan Nitrogen (N)

Peran N dalam Tanaman
Nitrogen adalah hara utama tanaman, merupakan komponen dari asam amino, asam nukleid, nudeotides, klorofil, enzim, dan hormon. N mendorong per tumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun, pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis protein. N sangat mobil di dalam tanaman dan tanah.

Aplikasi Pupuk N pada Padi
N merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah. Oleh karenanya, pemberian pupuk N yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, khususnya dalam sistem pertanian intensif. Kekurangan/atau pengelolaan N yang tidak sesuai akan berakibat buruk pada tanaman dan lingkungan. Strategi pengelolaan N yang optimal ditujukan pada keserasian pemberian pupuk N dengan kebutuhan aktual tanaman, sehingga serapan tanaman terhadap N maksimal dan mengurangi kehilangan Nke udara.

Pengelolaan N

Gejala kekurangan N.
Tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan jumlah anakan sedikit; hasil rendah karena jumlah malai per unit area dan jumlah gabah per malai lebih sedikit. Terjadinya kekurangan N. Hampir semua jenis tanah kekurangan N; tanah masam dengan tekstur kasar (coarse) dan kandungan bahan organik rendah (kurang dari 0,5 % organik C); tanah masam, salin, drainase buruk, dan tanah kahat P dengan kapasitas mineralisasi N dan fiksasi biologis N rendah; kalkareous dan tanah salin dengan kadar bahan organik rendah serta berpotensi tinggi untuk terjadinya penguapan amonia.
Dosis aplikasi N.
Pupuk anorganik merupakan sumber yang biasa digunakan mensuplai N, dan lebih menguntungkan petani dibandingkan menggunakan pupuk N organik. Sumber pupuk organik N tersedia di lahan pertanian seperti pupuk kandang dan kompos bisa efektif dan menarik secara finansial guna memenuhi kebutuhan padi akan N. Berikan pupuk N anorganik 40-50 kg/ha untuk setiap kenaikan satu ton hasil dari tanpa pemberian N. Pada level hara optimum, tanaman padi (jerami + biji) menyerap sekitar 16 kg N per ton hasil gabah ( 10 kg N dalam gabah + 6 kg N dalam jerami).
Waktu pemberian N.
Warna daun dan penampilan tanaman menunjukkan status N dan membantu menentukan kebutuhan akan pemupukan N. Lihat; i) Pengelolaan N berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD=leaf color chart=LCC), dan ii) Split aplikasi N berdasarkan fase pertumbuhan dan BWD.
Sumber N
Amonium sulfat (21 % N, 24 % S)
Urea (46 % N)
Diamonium fosfat atau DAP (18 % N; 44-46 % P2O5)
Aplikasi Terpisah
Efisiensi pemupukan N dapat ditingkatkan dengan memonitor warna daun pada selang waktu 7-10 hari dengan BWD dan N diberikan sesuai kebutuhan tanaman (lihat BWD). Alternatif aplikasi pemupukan N dengan pendekatan waktu pemberian disajikan berikut ini untuk kasus di mana petani tidak mungkin melakukan monitoring sawahnya dalam interval 7-10 hari.

Pola Pendekatan Aplikasi N Terpisah
Pola pendekatan terpisah memberikan anjuran total kebutuhan pupuk N (kg/ha) dan rencana pemecahan dan waktu aplikasi sesuai dengan tahapan pertumbuhan tanaman, varietas yang digunakan dan metode penumbuhan tanaman. Bagan Warna Daun (BWD) digunakan untuk pemupukan susulan tersendiri. Perkirakan kebutuhan total pupuk N dan buat pola pemecahan aplikasinya. Gunakan BWD pada tahap pertumbuhan tanaman kritis untuk menyesuaikan dosis N yang ditentukan sebelumnya.

Memperkirakan Kebutuhan Total Pupuk N
Buat plot pemupukan (F) di lahan petani (lihat Petakan plot omisi). Bandingkan hasil dari plot -F yang mewakili hasil dengan pembatas N dengan target hasil di lokasi tersebut, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki untuk hasil yang dapat dicapai dengan antisipasi pengelolaan tanaman dan pemupukan. Beda antara hasil target dan hasil –N menunjukkan antisipasi tanggap tanaman padi terhadap pemupukan N. Tetapkan kebutuhan total pupuk N berdasarkan keperluan 40-50 kg N/ha yang merupakan antisipasi tanggap tanaman terhadap N. Prinsip umum respon 40 kg N/ton N sudah memadai pada musim dengan hasil tinggi dan 50 kg N/ton respon memadai pada musim dengan hasil rendah. Kebutuhan N tinggi 60 kg N/ton dijumpai pada kondisi pengelolaan N sub-optimal atau bila target hasil mendekati potensi hasil pada tanggap N rendah (<2 t/ha).

Penggunaan BWD
Gunakan nilai BWD kritis untuk menyesuaikan dosis N terpisah berdasarkan kebutuhan dan status N tanaman. Sebagai contoh, bila 30±10 kg N/ha dianjurkan untuk fase pertumbuhan tertentu,
Berikan 40 kg N/ha, bila warna daun di bawah nilai kritis
Aplikasi pupuk N (urea) selama pertumbuhan tanaman.
Tanaman kahat N dibandingkan dengan tanaman cukup N
Plot tanpa pupuk untuk memperkirakan suplai alami N tanah.
Berikan dosis standar 30 kg N/ha bila warna daun sesuai nilai kritis
Tangguhkan pemberian pupuk dan berikan dosis kurang dari 20 kg N/ha bila warna daun di atas nilai kritis.

Merancang pola pemberian terpisah
Gunakan tabel di atas untuk membuat pola pemecahan pemberian pupuk N pada setiap domain pertumbuhan. Penyesuaian pada kondisi spesifik diperlukan dengan partisipasi petani setempat.

Azolla
Azolla adalah sejenis pakis (fern) air tawar yang hidup di kolam, danau, rawa dan sungai kecil baik di kondisi tropis maupun sub tropis. Untuk berabad lamanya, azolla telah digunakan sebagai pupuk hijau di Cina Selatan dan Vietnam Utara.

Penggunaan Azolla pada Padi
Azolla berasosiasi dengan ganggang biru hijau algae anabaena dapat memfiksasi N dari udara ke dalam bentuk amonia yang dapat diserap tanaman padi saat diinkorporasikan ke dalam tanah. Azolla mengandung 2-5 % N, 3-6 % K (bahan kering).

Pengelolaan Azolla pada Padi
Perbanyakan
Azolla memperbanyak diri secara vegetatif (tidak menghasilkan biji). Dengan demikian, inokulum azolla dipertahankan hidupnya sepanjang tahun dengan menumbuhkannya dalam kolam kecil atau parit berisi air (untuk luas 4-5 m2 dengan dalam 0,5-1,0 m, dibutuhkan 250-500 gm (berat segar) inokulum)
Azolla tumbuh baik pada suhu rata-rata harian 25º C, namun mati bila suhu lebih tinggi. Dapat digunakan, baik pada padi musim hujan maupun kemarau.
Azolla dapat digunakan dengan 2 cara: 1) sebagai pupuk hijau, dibenamkan ke dalam tanam sebelum tanam pindah dan 2) sebagai intercrop, dibenamkan setelah tanam pindah.
Pada kedua cara tersebut, diberikan sekitar 500 kg berat segar/ha pada air yang tergenang di sawah.
Pembenaman azolla sebelum transplanting
Tumbuhkan azolla sekitar satu bulan sebelum pembenaman saat tanam pindah. Pupuk azolla dengan 2,2 kg P/ha setiap 5 hari, 4 kg K/ha setiap 10 hari, dan/atau 500-1000 kg/ha pupuk kandang setiap 5-10 hari. Bila pupuk kimia tidak tersedia, dapat digantikan dengan abu.
Tumpangsari azolla
Berikan azolla ke dalam pertanaman padi dalam keadaan tergenang. Tumpangsari azolla biasanya tidak dipupuk (namun bila tersedia super fosfat (TSP) pemberian 4-5 kg P/ha dapat dianjurkan).
Pada kedua sistem, azolla dapat dibenamkan beberapa kali selama siklus pertumbuhan padi.
Kecepatan pertumbuhan
16-20 hari setelah inokulasi, pertanaman akan tertutup oleh sekitar 20 ton azolla, yang selanjutnya dibenamkan ke dalam tanah. Biasanya sebagian azolla dibiarkan tumbuh setelah pembenaman pertama. Kadangkala 3-4 pertanaman azolla diproduksi dan dibenamkan pada setiap kali bertanam padi.
Teknologi ini mampu menghasilkan sekitar 40 t azolla segar/ha setara dengan sekitar 60 kg N/ha. Untuk itu diperlukan aplikasi 0,5 t inokulum azolla segar, 2-3 t pupuk kandang, 20-30 kg P, dan
20 kg K/ha.
Keterbatasan

Azolla tidak dapat bertahan pada kondisi kering – sehingga selalu diperlukan genangan air.
Karena azolla berkembang secara vegetatif, inokulumnya harus selalu dipertahankan dalam persemaian sepanjang tahun dan diperbanyak untuk disebarkan sebelum diinokulasikan ke lapang.
Suhu tinggi mengakibatkan meningkatnya serangan hama dan penyakit pada azolla. Cuaca dingin merupakan kunci sukses pemanfaatan azolla.
Diantara unsur hara, P yang terpenting untuk azolla. Karena azolla mengapung, ia tidak dapat menyerap P dari tanah, oleh karenanya pertumbuhannya terkendala oleh kekurangan P bila unsur ini tidak diberikan ke dalam genangan air.
Penggunaan azolla secara ekonomi amat penting. Teknologinya memerlukan tenaga kerja intensif. Petani seringkali tidak memperoleh keuntungan ekonomi dari penggunaan azolla dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia karena adanya tambahan biaya tenaga kerja, kesempatan lahan memperoleh irigasi, binit/inokulum, fosfat, dan pestisida menjadikan penggunaan azolla tidak ekonomis
Sesbania
Sesbania sebangsa leguminosa yang biasa digunakan sebagai pupuk hijau untuk menambah N dan bahan organik ke dalam tanah. Spesies sesbania yang banyak digunakan di Asia adalah Sesbania cannabina (d/h acculeata). S. restrata dan S. rostrata (menghasilkan nodul fiksasi N pada akarnya). S. rostrata (memproduksi bintil fiksasi N pada akar dan batang) banyak ditemukan di Afrika.

Penggunaan Sesbania pada Padi
Bahan organik dan N yang dihasilkan Sesbania membantu memperbaiki tanah dan pertumbuhan tanaman. Pada keadaan tertentu, menanam pupuk hijau lebih murah dan pemulihan sumber N, khususnya bila keadaan infrastruktur dan fasilitas transportasi tidak memadai sehingga pupuk menjadi mahal dan tidak dapat tersedia tepat waktu.

Pengelolaan Sesbania pada padi
Sesbania dapat menghasilkan 80-100 kg N/ha (setara dengan 4-5 t/ha bahan kering Sesbania) dalam waktu sekitar 40 hari dalam musim hari panjang dan dalam 50-60 hari musim hari pendek.

Waktu tanam: Ditanam sebelum atau sesudah padi ketika lahan bera. Sesbania sangat sensisitif terhadap fotoperiod, berbunga dalam sekitar 35 hari selama musim hari panjang dan dalam 125 hari selama musim hari pendek.
Suhu. Sesbania tumbuh bagus pada suhu di atas 25ºC.
Pengolahan lahan. Walaupun Sesbania dapat tumbuh dengan pengolahan tanah minimum,pengolahan lahan sempurna (sekali bajak dengan 2-3 kali garu) akan memberikan pertumbuhanterbaik.
Kebutuhan benih. Bila populasi gulma rendah, benih sesbania dapat disebar sebanyak 30 kg/ha sebelum hujan turun. Tanah diolah dan diairi. Dosis benih dapat dikurangi sampai 16 kg/ha. Berat benih biasanya 14-18 g/100 biji. Untuk meningkatkan perkecambahan (sampai 65 %) dan pertunasan, biji dapat direndam dalam air dengan suhu 100ºC selama 3 detik. Sebagian petani melukai (scarify) benih (sedikit mengupas kulit biji) dengan menumbuk benih dalam karung.
Irigasi: Tanaman tidak memerlukan genangan air, namun irigasi dapat diberikan sewaktu-waktu diperlukan (bila tanah belah/retak dan daun sesbania tampak layu)
Pembenaman. Setelah 45-60 hari, dan sebelum batang mengayu, benamkan sesbania dengan cara antara lain: cacah tanaman agar mudah dibenam melalui pembajakan. Cara yang lebih cepat dan efisien adalah merebahkan tanaman sesbania menggunakan batang kayu yang ditarik ternak, kemudia bajak searah tanaman yang direbahkan tersebut. Hydrotiller efektif digunakan membenamkan biomass sesabania pada lahan berlumpur dalam. Cagewheel berkecepatan tinggi dengan gigi triangular pendek memotong-motong biomass menjadi serpihan sebelum dibenamkan ke lahan berlumpur. Bila memakai hydrotiller lahan diairi terlebih dahulu paling tidak 48 jam sebelum pembenaman biomas. Untuk produksi skala besar, penggunaan traktor 4-roda dengan rototiller paling efisien.
Produksi benih. Benih sesbania diproduksi pada saat panjang hari kurang dari 11 jam. Selama periode tersebut, sesbania berbunga dalam 30-35 hari dan menghasilkan biji 30 hari kemudian. Biji yang dipanen selama musim hujan seringkali kualitasnya rendah karena terserang hama penggerek. Benih dapat juga diproduksi pada lahan marginal, parit atau galengan sawah untuk mengurangi biaya.
Keterbatasan
Kendala sesbania sebagai pupuk hijau :
Produksi benih rendah
Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja (mis. untuk membajak dan membenamkan biomasa ke dalam tanah)
Sesbania sensitif terhadap fotoperiod
Masalah hama
Kompetisi dengan tanaman lain akan lahan dan air.

FOSFAT

Peran P dalam Tanaman
P adalah hara utama tanaman yang penting untuk perkembangan
akar, anakan, berbunga awal, dan pematangan. P mobil dalam tanaman, tetapi tidak mobil dalam tanah.

Pengelolaan P
Gejala kahat P. Tanaman hijau gelap dan kerdil dengan matang lambat (tidak terjadi pembungaan pada kahat P yang parah); gabah hampa tinggi.
Terjadinya kahat P. P seringkali kurang pada tanah berpasir
dengan kandungan bahan organik rendah; tanah kalkareous/ salin/alkalin; degradasi tanah sawah; tanah abu vulkan atau tanah kering masam dengan kapasitas fiksasi P tinggi; tanah gambut; dan tanah sulfat masam dengan kandungan besi dan aluminium tinggi.
Waktu aplikasi P. Benam dan aduk semua pupuk P ke dalam tanah sebelum pelumpuran terakhir dan tanam pindah atau sebar seluruh P pada 10-15 hari setelah benih disebar langsung.
KALIUM (K)

Peran K dalam Tanaman
Kalium adalah hara tanaman utama yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan akar dan vigor tanaman, ketahanan terhadap kerebahan dan hama/penyakit. K mobil dalam tanaman dan sangat mobil di dalam tanah.

Aplikasi K pada Padi
Kalium seringkali merupakan unsur pembatas untuk memperoleh hasil padi yang tinggi setelah nitrogen (N). Pupuk K perlu diberikan dalam jumlah mencukupi pada hampir semua lahan sawah irigasi. Hara lainnya perlu diberikan dalam jumlah seimbang untuk menjamin respon yang baik dari tanaman terhadap aplikasi K dan pencapaian pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif.

Gejala kahat K. Tanaman hijau gelap dan kerdil dengan margin daun cokelat kekuningan dan / atau dengan margin dan ujung daun tua nekrotik, gejala kahat K pada daun dapat menyerupai gejala penyakit tungro, namun tungro biasanya terjadi pada spot-spot yang tersebar (tidak menyeluruh) dan lebih nyata warna daun kuning dan oranye dan tanaman kerdil; gejala pada daun nampak pada fase pertumbuhan lanjut; akar tidak sehat dan menghitam; kerebahan dan kehampaan gabah tinggi; bobot gabah lebih ringan.
Terjadinya kahat K. Kahat K terjadi di daerah pertanaman yang intensif yang mendapat pemupukan N dan P tinggi. K seringkali kurang pada tanah berpasir atau bertekstur kasar; tanah kering masam; lahan sawah terdegradasi; tanah sulfat masam; dan tanah organik. Catatan: penambahan unsur K dari air irigasi cukup nyata pada daerah tertentu ( contoh: di Vietnam).
Dosis aplikasi K. Pada hara tanaman optimum, tanaman padi (jerami+gabah) mengambil sekitar 19 kg K2O (16 K) untuk setiap ton hasil gabah (2,2 kg K2O pada gabah dan 16,8 kg K2O pada jerami). Rekomendasi pemupukan K berdasarkan target hasil dan status K tanah (Tabel..) seperti ditetapkan oleh hasil gabah dari K-petak omisi (lihat teknik Petak Omisi Hara).
Waktu aplikasi K. Bila dosis yang digunakan rendah, benam dan aduk pupuk K ke dalam tanah saat pelumpuran terakhir sebelum tanam pindah atau sebar seluruh pupuk K pada 10-15 hari setelah benih disebar langsung. Pada dosis > 30 K2O/ha, berikan 50% sebagai pupuk dasar dan 50% pada awal pembentukan malai. Pecah pemberian K paling tidak dua kali pada tanah berpasir dengan derajat pencucian tinggi. Pemberian K pada fase pembungaan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan kerebahan dengan kanopi rapat dan target hasil tinggi, namun belum tentu meningkatkan hasil.
Sumber Kalium
Yang sudah banyak dikenal adalah kalium klorida (MOP-muriate of potash) yang mengandung 50% K atau 60% K2O dalam bentuk KCl (30 kg K2O setara dengan 50 kg MOP atau KCl). Jerami kaya akan
K (14,0 kg K atau 16,8 kg K2O/ton jerami). Catatan: 1 kg K2O = 0,83 kg K dan 1 kg K = 12 kg K2O. Rekomendasi pemupukan K berdasarkan target hasil dan pembatas hasil K pada K-petak omisi (tanpa K) pada level pengembalian jerami medium (2-3 t/ha).

SULFAT (S)

Peran S dalam Tanaman
Belerang atau Sulfur (S) adalah hara utama penting yang diperlukan untuk produksi khlorofil. S diperlukan untuk memproduksi asam amino (cystein, methionin, dan cystin) dalam tanaman yang berkaitan dengan nutrisi manusia. S sangat mobil dalam tanaman (walaupun lebih kurang mobil dibandingkan dengan N), namun hanya sebagian mobil dalam tanah.

Aplikasi S pada padi
Gejala kahat S. Tanaman hijau pucat; daun muda menguning pucat (kontras dengan daun tua yang menguning cepat dan mati pada tanaman kahat N). Analisis tanah dan/tanaman diperlukan untukmengkonfirmasikan gejala kahat S.
Terjadinya kahat S. Kahat S sesunggunhnya jarang dijumpai. S mungkin diperlukan pada tanah berpasir yang mudah tercuci; tanah dengan kandungan bahan organik rendah; dan tanah dengan pelapukan tinggi kaya akan besi oksida.
Dosis aplikasi S. Berikan 10 kg S/ha pada kahat S yang parah. Tanaman memerlukan sekitar 2 kg S/ha (jerami+gabah) untuk setiap ton hasil gabah.
Waktu pemberian S. Bila dibutuhkan, berikan semua jenis pupuk S sesaat sebelum pelumpuran bersama dengan pupuk P dan K. Pengaruh pemberian S bertahan sampai 2 musim tanam.
Sumber Pupuk S
Sumber S yang biasa digunakan adalah amonium sulfat (24% S), single super fosfat (12% S), dan gypsum (17% S).

ZINC (Zn)

Peran Zn dalam Tanaman
Seng atau Zinc (Zn) adalah hara utama penting yang dibutuhkan tanaman untuk beberapa proses biokimia dalam tanaman padi, termasuk produksi klorofil dan integritas membran. Oleh karenanya kahat Zn mempengaruhi warna dan turgor tanaman. Zn hanya sedikit mobil dalam tanaman dan sangat mobil di dalam tanah.

Aplikasi Zn pada Padi
Zn membatasi pertumbuhan tanaman, suplai Zn tanah rendah atau
kondisi tanah buruk (misalnya, selalu kebanjiran) menghalangi serapan Zn oleh tanaman. Pada kasus tertentu, Zn perlu diberikan sesuai kebutuhan. Hara lainnya perlu diberikan dalam jumlah seimbang untuk menjamin respon tanaman yang baik terhadap pupuk Zn dan pencapaian pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif.

Pengelolaan Zn

Gejala kahat Zn. Tanaman kerdil dan bercak coklat berdebu
pada bagian atas daun; spot-spot tanaman yang tumbuh jelek; gejala terlihat 2-4 minggu setelah tanam pindah; kehampaan gabah tinggi; pematangan terlambat dan hasil rendah; gejala kahat Zn menyerupai kahat S dan Fe pada tanah alkalin dan keracunan Fe tanah organik berdrainase buruk.
Terjadinya kahat Zn. Kahat Zn tidak sering dijumpai, namun
dapat terjadi pada tanah kalkareous dan netral; pertanaman intensif; tanah sawah yang selalu kebanjiran atau berdrainase buruk; tanah salin dan sodik; tanah gambut, tanah dengan P dan silikat (Si) tersedia tinggi; tanah berpasir; tanah dengan pelapukan tinggi, asam, dan bertekstur kasar; tanah yang terbentuk dari serpentin dan laterik; dan tercuci, tanah sulfat masam tua dengan konsentarsi K, Mg, dan Ca rendah.
Aplikasi Zn. Bila kahat Zn nampak di lapang, berikan 10-25 kg ZnSO4.H2O atau 20-40 ZnSO4.7H2O per ha pada permukaan tanah, atau celupkan akar bibit padi dalam 2-4% larutan ZnO sebelum transplanting (20-40 g ZnO/lt air). Tanaman dapat pulih dari kahat Zn bila sawah didrainasi – kondisi kering meningkatkan ketersediaan Zn. Tanaman hanya memerlukan sekitar 0,05 kg Zn/ha (jerami+gabah) per ton hasil gabah, namun lebih banyak pupuk Zn harus diberikan karena begitu diberikan Zn tidak selalu tersedia bagi tanaman.
Waktu aplikasi Zn. Berikan pupuk Zn pada permukaan tanah setelah pelumpuran terakhir dan perataan lahan atau berikan Zn pada bedeng persemaian 7-8 hari sebelum bibit dicabut. Pengaruh pemberian Zn berlaku sampai 2-5 musim tanam pada semua jenis tanah kecuali tanah alkalin.Pada tanah alkalin, Zn perlu diberikan pada setiap musim tanam.
Catatan: Aerasi tanah –membiarkan mengering– dapat mengurangi kahat Zn.
Sumber Zn
Sumber Zn yang biasa digunakan adalah zinc sulfate terlarut (23-36% Zn), zinc klorida terlarut (48-50% Zn), dan zinc oksida tidak larut (60-80% Zn)

FERRUM ( FE )

Peran Fe dalam Tanaman
Fe adalah hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung transportasi elektron dalam proses fotosintesis. Fe merupakan akseptor elektron penting dalam reaksi redoks dan aktivator untuk beberapa enzim. Kekurangan Fe akan menghambat absorpsi K. Fe tidak mobil, baik dalam tanaman maupun tanah.

Aplikasi Fe pada Tanaman Padi
Setelah kahat unsur utama N, P, K, S, dan Zn, kahat Fe merupakan urutan penting berikutnya yang membatasi hasil tanaman padi. Aplikasinya harus berimbang agar terjamin pertumbuhan tanaman
yang sehat dan produktif. Pada petak yang kahat Zn bahkan tanaman bisa tidak tumbuh.

Pengelolaan Fe
Gejala kahat Fe. Antartulang daun menguning, daun yang muncul mengalami klorosis. Seluruh daun dan bagian tanaman menguning (khlorotik). Produksi bahan kering dan hasil menurun.
Terjadinya kahat Fe. Kahat Fe tidak dijumpai pada sawah tergenang yang sedikit asam, namun banyak dijumpai pada sawah dengan tekstur tanah berpasir, kalkareous dan bereaksi alkalin. Kahat Fe sering dijumpai pada lahan kering dengan tanah bereaksi netral, kalkareous dan alkalin (basa).
Dosis aplikasi. Kahat Fe sangat sulit diatasi dan mahal untuk dikoreksi. Pemberian pada tanah memerlukan 100-300 kg/ha fero sulfat (sulfat besi). Pemberian melalui daun, 2-3 % larutan fero sulfat atau 100 l/ha Fe chelate 2-3 dalam selang waktu 2 minggu dimulai pada fase anakan. Tanaman memerlukan sekitar 0,5 kg/ha Fe (jerami dan biji/gabah) untuk setiap ton hasil gabah, namun setelah aplikasi Fe tidak tersedia bebas bagi tanaman.
Waktu aplikasi. Berikan solid fero sulfat (FeSO4) di sebelah barisan tanaman padi dengan dosis 100 kg/ha. Dua sampai tiga aplikasi 2-3 % larutan FeSO4 melalui daun atau chelate besi pada selang waktu 2 minggu pada fase anakan.
Sumber Fe
Pupuk Fe yang biasa digunakan adalah larutan fero sulfat (20-30 % Fe), fero amonium sulfat (14 % Fe), dan chelate besi (5-14 %)

Dr.Syahrir Immanudin , ph.D 
 
Sumber:  http://kolamazolla.blogspot.com/2009/01/pengelolaan-tanaman-padi-dengan-azolla.html

Ternak Itik, Ternak Sapi, Ternak Cacing Merah dan Budidaya Azolla








Ternak Itik, Ternak Sapi, Ternak Cacing Merah dan Budidaya Azolla

Anak itik yang disebut titit dapat dibeli 200 ekor dengan harga per ekor Rp 3.000,00. Jadi total untuk investasi titit adalah Rp 600.000,00. Pakan untuk 2 bulan sebanyak 2 kintal (jenis pakannya bisa ditanyakan ke toko pertanian). Harga untuk 2 kintal (200kg) pakan itu adalah Rp 800.000. Satu ton = 1000kg. Satu ton = 10 kintal. Keuntungan setelah 2 bulan adalah 200 ekor x Rp 18.000,00 = 3,6 juta. Bila keuntungan dipotong modal maka laba bersih adalah 3,6 – 1,4jt = 2,2jt. Keuntungan 2,2 juta dalam waktu sebulan cukup menarik. Modal 1,4jt diambil dari 600rb + 800rb.
Peternakan itik sangat menarik terutama bila ada lahan untuk memeliharanya (kandang) dan ada penadah yang membeli itik dewasa ini.
Pakan yang menarik untuk itik adalah azolla pinnata. Azolla pinnata ini biasa tumbuh di kolam atau di sawah. Azolla dapat dijadikan pakan itik. Azolla bahkan dapat dijadikan (campuran) pakan domba dan sapi. Bila seorang peternak mempunyai satu hektar (700 bata), ia dapat memagar lahannya untuk peternakan itik. Itik dapat berkeliaran di lahan itu.
Bila azolla digunakan sebagai campuran pakan, azolla dapat dicampurkan sebanyak 15% dari total pakan. Dengan begitu, 30kg (15% dari 200kg) azolla dapat dikonsumsi sebagai campuran dari total pakan 170kg (85% dari 200kg). Dengan demikian total pakan hanya sebesar Rp 680.000,00 (85% dari Rp 800.000,00).
Menurut hitungan Ir. Dian Kusumanto (http://kolamazolla.blogspot.com/2008/07/manfaat-tanaman-azolla.html) kolam Azolla seluas 1 hektar jika produksinya optimal dapat memberi pakan pada sekitar 2000 ekor itik setiap hari.
Selain itu, dapat pula ditambahkan pakan itik berupa cacing (http://mastekop.blogspot.com/2011_01_01_archive.html). Cacing dapat dibudidaya dari kotoran sapi. Satu ekor sapi dapat membuang kotoran (feses) sebanyak 20kg per hari. Bila kotoran cacing ini ditampung di sebuah kolam dan di dalamnya ditanam cacing merah (redworm), maka cacing merah akan berkembang biak. Menurut blog di atas, cacing ini akan membuat kotoran sapi menjadi tidak bau. Hanya saja mesti diperhatikan apakah cacing ini senang dengan tanah berair ataukah hanya lembab saja.
Perhitungan berkaitan dengan cacing merah dan azolla di atas, sangat menarik untuk investasi itik. Tetapi perhitungan berikut belum menggunakan variabel cacing merah, (kotoran) sapi dan azolla sebagai pakan.
Tanpa variabel cacing merah, (kotoran) sapi, dan azolla maka seorang peternak dengan lahan satu hektar dapat memelihara 2000 ekor titit dengan harga per ekor Rp 3.000,00. Jadi total untuk investasi titit adalah Rp 6000.000,00. Bila dikatakan harga pakan Rp 8.000.000,00 maka keuntungannya dapat berlipat. Keuntungan setelah 2 bulan adalah 2000 ekor x Rp 18.000,00 = 36 juta. Bila modal adalah harga 2000 ekor anak itik (titit) Rp 6jt dan harga 20 kintal pakan adalah 8.000.000,00. Keuntungan dipotong modal akan menghasilkan laba bersih sebesar 36 – 8jt = 28jt. Keuntungan 28jt dalam waktu dua bulan sangat fantastis.
Pakan untuk 2 bulan di atas tanpa mengandalkan azolla pinnata dan cacing merah. Bila peternak juga mempunyai sapi, cacing dan azolla; maka keuntungan dari efisiensi pakan dapat ditingkatkan. Harga untuk pakan itu dapat ditekan.
Tentu saja hal ini perlu dukungan dari sisi penjualan, dan modal lahan yang strategis. Lahan strategis ini ialah adanya aliran air. Mungkin pula aliran air ini dapat dibantu dengan pompa hidram.
Sumber : http://iswara.staf.upi.edu/2010/12/01/ternak-itik/

Catatan koreksi dari Admin (Dian Kusumanto) :
Sebenarnya bukan Azolla pinnata yang dimaksud di tulisan Saudara Iswara di atas, tetapi Azolla microphylla. Kita tahu bahwa Azolla pinnata itu pertumbuhan dan perkembangannya tidak seperti Azolla microphylla yang bisa bertumpuk-tumpuk sampai setebal 5 cm, sedangkan Azolla pinnata hanya selapis tipis di permukaan air, sehingga tidak terlalu banyak hasilnya.

Sumber: http://kolamazolla.blogspot.com/2012/04/ternak-itik-ternak-sapi-ternak-cacing.html

Hasil Penelitian Tepung Azolla sebagai alternatif pakan Domba







PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AZOLLA MICROPHYLLA DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN
Oleh :
Achmad Abror Anshori
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG Azolla microphylla DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA LOKAL JANTAN

Produktivitas domba dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan berkualitas dan mempunyai kandungan nutrien yang cukup. Ransum yang diberikan pada ternak domba pada umumnya terdiri dari hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan penguat. Untuk mengurangi proposi penggunaan konsentrat, digunakan pakan alternatif berupa tepung Azolla microphylla yang mempunyai kandungan nutrien cukup baik, mudah dikembangkan dan tidak bersaing dengan manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung Azolla microphylla dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan.

Konsentrat yang digunakan yaitu konsentrat komersial BC 132.
Penelitian dilaksanakan selama 12 minggu di Mini Farm Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar.

Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan sebanyak 12 ekor dengan bobot badan rata-rata 14,98+0,68 kg dibagi dalam empat macam perlakuan dan tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari satu ekor domba.

Perlakuan yang diberikan masing-masing adalah
P0 (rumput lapang 60% + konsentrat 40%),
P1 (rumput lapang 60% + konsentrat (95% konsentrat + 5% tepung Azolla microphylla)),
P2 (rumput lapang 60% + konsentrat (90% konsentrat + 10% tepung Azolla microphylla)),
P3 (rumput lapang 60% + konsentrat (85% konsentrat + 15% tepung Azolla microphylla)).

Parameter yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), konversi pakan dan feed cost per gain. Data konsumsi dan konversi pakan dianalisis variansi Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah, pertambahan bobot badan harian dianalisis dengan analisis kovariansi, sedangkan untuk feed cost per gain dilaporkan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata dari keempat macam perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut untuk konsumsi 711,83; 730,15; 754,29; dan 763,46 gram/ekor/hari, pertambahan bobot badan harian 41,07; 51,19; 53,57; 60,12 gram/ekor/hari, konversi pakan 17,48; 14,65; 14,08; dan 12,73 dan feed cost per gain Rp. 12853.79/kg, Rp. 21683.10/kg, Rp. 28300.69/kg, dan Rp. 32333.57/kg.

Hasil analisis variansi untuk konsumsi dan konversi pakan dan analisis kovariansi untuk pertambahan bobot badan harian dari keempat macam perlakuan masing-masing adalah berbeda tidak nyata.

Kesimpulan penelitian ini adalah Penggunaan Tepung Azolla microphylla sampai taraf 15% dari total konsentrat dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan harian (PBBH), dan konversi pakan akan tetapi dapat meningkatkan konsumsi pakan dan pertambahan berat badan harian (PBBH) domba lokal jantan yang dipelihara selama penelitian.

Kata kunci: tepung Azolla microphylla, domba lokal jantan, performan.

Sumber : http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=4908
http://kolamazolla.blogspot.com/2012/04/hasil-penelitian-tepung-azolla-sebagai.html

Senin, 30 Juli 2012

Azolla: Sumber Hara Nitrogen yang Terlupakan

Tanaman air yang kecil-kecil banget

azolla
[http://www.geo.uu.nl/]
Dulu waktu aku masih kecil, aku & teman-temanku sering main di sawah di belakang rumah. Mungkin jarang aku perhatikan, di sawah banyak sekali tanaman yang mengambang di permukaan air. Ada beberapa jenisnya. Setelah aku kuliah baru aku tahu kalau salah satu tanaman air ini sangat bermanfaat untuk padi, yaitu Azolla.
Azolla adalah tanaman air yang berdaun kecil-kecil dan pada saat-saat tertentu tumbuh sangat banyak. Warna daunnya bisa sangat hijau dan tebal.
azolla
[http://www.habitas.org.uk/]

Azolla bukan tanaman air sembarangan. Azolla memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh tanaman air lain, yaitu menambat nitrogen (N) dari udara. Udasa yang kita hirup > 75%nya adalah N. Sayangnya N ini tidak bisa langsung diserap oleh tanaman. Azolla – lah yang menambat N udara menjadi N yang bisa diserap oleh tanaman. Kandungan N di dalam Azolla sangat tinggi untuk ukuran bahan organik, bisa mencapai 4 – 5% dari berat keringnya. Bahan organik yang lain umumnya hanya < 2%.
Kemampuan Azolla untuk menyuburkan tanaman sebenarnya sudah diketahui sejak lama. Orang-orang China dan Vietnam sudah sejak abad 15 dan 17 sudah memanfaatkan Azolla untuk pupuk tanaman. Kini Azolla telah tersebar di penjuru bumi.

Annabaena azollae: Kawan karib Azolla yang menambat N

Azolla tidak sendirian dalam menambat N dari udara. Azolla bersimbiosis dengan gangang mikro yang namanya Annabaena azollae. Gangang ini tumbuh dan berkoloni di ruangan di bawah daun. Mereka inilah yang bekerja keras menambat N dari udara.
Annabaena sendiri juga unik. Dia akan menambar N jika memang benar-benar diperlukan. Dalam kondisi miskin hara N di perairan, Annabaena akan menambat N. Tetapi jika di lingkungan air tersebut ada N, dalam bentuk urea misalnya, maka Annabaena tidak/sedikit sekali menambat N.
anabaena
[www.search.com/reference/Anabaena]
Anabaena yang berperan menambat N. Bagian N yang aktif menambat adalah sel yang besar itu, namanya heterocyt. Jika di air terdapat amonium (dari urea), sel-sel heterocyt ini tidak ada, dan Azolla tidak bisa menambat N.
Jadi kalau mau nenanam Azolla di lingkungan sawah, jangan terlalu banyak, atau bahkan sama sekali jangan nemambahkan pupuk urea. Urea akan menjadi amonium dan amoniumlah yang membuat Annabaena tidak mau menambat N.

Pemanfaatan Azolla

azolla
[http://www.wikipedia.com]
Cara sederhana untuk memanfaankan Azolla adalah dengan menanam langsung ke persawahan. Sawah yang digenangi air ditabur bibit Azolla. Azolla yang tumbuh langsung dimanfaatkan untuk tanaman padi.
Cara lain adalah dengan menanam Azolla secara khusus di kolam. Penanaman Azolla perlu tambahan pupuk fosfat. Azolla yang tumbuh subur dapat dipanen secara berkala. Produksi Azolla bisa mencapai 3,8 kg/m2.
Kolam azolla
[http://www.acres-wild.com/]
azolla
[http://www.cfb.ie/]
Biomassa Azolla ini bisa langsung digunakan untuk memupuk tanaman. Langkah yang lebih baik adalah dengan mengkomposkan Azolla. Kompos Azolla memiliki kualitas kandungan hara yang lebih baik dari kompos dari bahan lain. Kompos inilah yang digunakan sebagai pupuk organik.
Azolla kering juga mengandung N yang tinggi, jadi bisa dimanfaatkan untuk meningkatkaan kandungan N pupuk organik.

Kendala Pemanfaatan Azolla

Azolla sebagai sumber hara yang kaya N sudah sangat lama diketahui. Pertanyaannya, kenapa tidak banyak yang memanfaatkan.
Saya tidak tahu pasti, ini hanya pendapat saya pribadi. Pertama, meskipun tampaknya mudah, menanam Azolla tidak selalu berhasil. Sekitar tahun 2006-08, saya pernah diberi bibit azolla unggul dari Batan. Setelah saya perbanyak sendiri, bibit ini aku berikan ke petani. Ternyata Azolla itu tidak bisa tumbuh lama. Beberapa bulan kemudian sudah habis tak tersisa.
Kedua, produksi biomassa azolla dalam skala besar memerlukan kolam-kolam yang luas. Ini problem tersendiri yang tidak mudah dipecahkan.
Meskipun demikian, menurut saya, Azolla merupakan salah satu sumber N organik yang sangat potensial. Azolla perlu digiatkan kembali di tengah-tengah maraknya penggunaan pupuk organik saat ini. Wallahua’lam.


Sumber : http://isroi.com/2010/07/01/azolla-sumber-hara-nitrogen-yang-terlupakan/
 http://kolamazolla.blogspot.com/2012/04/azolla-sumber-hara-nitrogen-yang.html

Kenal Lebih Dekat dengan Azolla



Azolla adalah tanaman air yang berdaun kecil-kecil dan pada saat-saat tertentu tumbuh sangat banyak. Warna daunnya bisa sangat hijau dan tebal. Azolla bukan tanaman air sembarangan. Azolla memilikiSaya kemampuan yang tidak dimiliki oleh tanaman air lain, yaitu menambat nitrogen (N) dari udara.
Udara yang kita hirup > 75%nya adalah N. Sayangnya N ini tidak bisa langsung diserap oleh tanaman. Azolla – lah yang menambat N udara menjadi N yang bisa diserap oleh tanaman. Kandungan N di dalam Azolla sangat tinggi untuk ukuran bahan organik, bisa mencapai 4 – 5% dari berat keringnya. Bahan organik yang lain umumnya hanya < 2%.
Kemampuan Azolla untuk menyuburkan tanaman sebenarnya sudah diketahui sejak lama. Orang-orang China dan Vietnam sudah sejak abad 15 dan 17 sudah memanfaatkan Azolla untuk pupuk tanaman. Kini Azolla telah tersebar di penjuru bumi. Di Indonesia, Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman azolla (Azolla pinnata) untuk usaha taninya. Padahal manfaat tanaman air yang satu cukup banyak. Selain bisa untuk pupuk dan media tanaman hias, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan.
Di Bali, azolla biasa dan sering dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ha.

Manfaat Azolla:
1. Berperan sebagai mulsa, terutama saat kekeringan dan mengurangi pertumbuhan gulma.
2. Pakan ternak, unggas, dan ikan
3. Sebagai filter air dari pencemaran logam berat.

Pupuk Organik Azolla
Azolla sebagai pupuk organik, dapat diberikan dalam bentuk segar, kering, maupun kompos.
Cara pembuatan kompos Azolla:
100 kg azolla segar dan 5 kg dedak dicampur merata + 100 cc dekomposer (Superdegra) dilarutkan dalam 10 liter air, kemudian disiramkan merata dalam tumpukan bahan kompos. Tumpukan bahan kompos ditutup dengan (karung goni). Setelah 4 hari, pupuk azolla selesai difermentasi menjadi kompos.

Perbanyakan Azolla
Azolla dapat diperbanyak melalui beberapa cara, antara lain Monokultur, Tumpangsari dengan Padi, dan Tumpangsari Padi-Ikan-Azolla-Bebek-Sapi.

Perbanyakan dengan Monokultur:
1. sebanyak 2,5 t/ha pupuk kadang ditabur merata dalam petakan
2. setelah 5-7 hari kemudian, air dimasukkan dalam petakan dengan ketinggian 10-20 cm
3. sebanyak 25 kg/ha SP-36 ditabur merata, dan setiap 4-5 hr sekali dtaburi lagi.
4. Setelah 20-25 hari dari penyebaran, diperkirakan azolla telah mencapai 10-12,5 t/ha = 67-83 kg urea/ha.

Perbanyakan dengan cara tumpangsari dengan padi
1. Perbanyakan azolla sebelum benam
Setelah tanaman padi berumur 3-5 hari, sebanyak 2t/ha azolla ditebar secara merata sekitar tanaman padi. Diperkirakan, setelah berumur 15-20 hari dari sebar, dapat mencapai 7,5-10 t/ha azolla = 50-67 kg/ha urea. dan benam. Jika azolla dibiarkan panen sampai usia 25-30 hari dari sebar, diperkirakan dapat mencapai 12,5-15 t/ha azolla = 83-100 kg/ha urea.
2. Pembenaman azolla secara langsung
Pembenaman azola dapat langsung bersamaan dengan dengan saat pengolahan tanah pertama, pengolahan tanah kedua, atau dibenamkan setelah tanam padi yaitu bersamaan saat penyiangan padi.
Sebanyak 10-20 t/ha azolla dibenamkan ke dalam tanah.
Pembenaman saat pengolahan tanah:
1. Tebar Azolla bersamaan atau 1 minggu sebelum padi di bibit
2. Setelah lapangan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam
3. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh.

Perbanyakan dengan tumpangsari padi-ikan-azolla-bebek-sapi
Pengembangan sistem usaha tani terpadu yang berbasis pertanian organik di lahan sawah, yaitu dengan memadukan tanaman padi padi-ikan-azolla-bebek-sapi secara sinergis.
-dari berbagai sumber-


Sumber : http://www.paketri.com/2011/03/kenal-lebih-dekat-dengan-azolla/
 http://kolamazolla.blogspot.com/2012/04/kenal-lebih-dekat-dengan-azolla.html

Azzola, Alternatif Sumber Penyedia Nitrogen Padi Sawah





 

Inovasi Teknologi : Azzola, Alternatif Sumber Penyedia Nitrogen Padi Sawah.

Apa Kabar Penyuluh Pertanian Indonesia?
Sebagaimana kita ketahui, pengembangan pertanian khususnya padi sawah merupakan tanaman budidaya yang secara luas telah banyak dikembangkan dibeberapa negara termasuk di Indonesia.  Salah satu permasalahan yang kini dihadapi para petani adalah menurunya kesuburan lahan.  Permasalahan ini secara umum disebabkan karena terus dipacunya lahan untuk berproduksi semaksimal mungkin secara terus menerus untuk mengejar peningkatan produktivitas.
Tidak disadari hal ini berakibat pada pengurasan unsur hara dari dalam tanah secara tidak terkendali, terutama unsur hara Nitrogen dan yang lebih kritis lagi adalah makin berkurangnya bahan organik di dalam tanah.   Untuk mengatasinya diperlukan input yang bukan hanya mampu menyediakan unsur hara terutama Nitrogen namun sekaligus mampu memperkaya bahan organik tanah.  Input ini berperan sebagai suplemen tambahan pupuk kimia yang biasa di pakai oleh para petani.
Salah satu sumber input alternatif  ini Azzola.  Azzola adalah pupuk hijau yang dapat dijadikan sebagai sumber Nitrogen (N) alternatif yang cocok dikembangkan oleh para petani dan sangat mudah untuk diaplikasikan serta relatif murah karena tidak memerlukan biaya tambahan  yang memberatkan petani.
Apakah Azzola itu?
Azzola adalah semacam tumbuhan paku air yang berukuran mini sekitar 3-4 cm yang bersimbiosis dengan bakteri Cyanobacteria pemfiksasi Nitrogen yaitu bakteri Anabaena azzollae.  Simbiosis ini menyebabkan azzolla mempunyai kualitas hara yang baik.  Azzolla sudah berabad-abad digunakan oleh para petani di Cina dan Vietnam.  Sebagai sumber Nitrogen bagi padi sawah.
Azzola secara alami tumbuh di banyak kawasan seperti di Asia, Amerika dan Eropa.  Azzolla mempunyai beberapa spesies, antara yang sudah diidentifikasi seperti Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azzolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var pinnata, Azolla pinnata var imbricata dan Azolla rubra.
Azzola sebagai Sumber Penyumbang Nitrogen (N).
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah mengadakan penelitian internasional termasuk di dalam Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) terlibat di dalamnya.  Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Azzolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azzollae dapat memfiksasi N2 Udara dari 70% – 90%.  N2 fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah.  Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertumbuhan Azzolla adalah 0,355 – 0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144 – 0,890 gram per hari (di lapangan).
Pada umumnya biomassa Azzolla maksimum tercapai setelah 14 – 28 hari setelah inokulasi.  Dari hasil penelitian BATAN diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 gram Azzolla segar per meter persegi maka setelah 3 minggu Azzolla tersebut akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azzolla tersebut ditumbuhkan.  Dalam keadaan ini dapat dihasilkan 30 – 40 kilogram Nitrogen per hektar.  Jumlah ini kira-kira setara dengan 100 kilogram Urea. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Azzolla dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik pada musim kemarau.
Lapisan Azzolladi atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan Urea sebesar 50 kilogram Urea per hektar.  Kadangkala bila musim sangat baik, Azzolla dapat menghemat pemakaian pupuk Urea sampai 100 kilogram Urea per hektar.  Dengan demikian aplikasi Azzollla di lahan padi sawah dapat menghemat penggunaan pupuk buatan.
Wowww….luar biasa, bukan?   
Apalagi hampir – hampir tanpa biaya sama sekali, bahkan terjadi penghematan yang luar biasa.  Hitung saja harga pupuk urea bersubsidi sekitar Rp. 1.200,00 per kilogram, berarti penghematan sebesar Rp.120.000, 00.  Penghematan ini semakin besar jika para petani mengaplikasikan dalam luasan lahan yang lebih besar lagi.
Kandungan Unsur Hara Azzolla.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh BATAN menunjukkan bahwa Azzolla mengandur unsur hara yang lengkap baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro.
Kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya, antara lain :
  1. Nitogen (N) : 1,96 – 5,30 %.
  2. Phosphor (P) : 0,16 – 1,59 %.
  3. Kalium (K)  :  0,31 – 5,97 %.
  4. Calsium (Ca) :  0,45 – 1,70 %.
  5. Magnesium (Mg)  :  0,22 – 0,66 %.
  6. Sulphur (S) :  0,22 – 0,73 %.
  7. Silikat (Si) : 0,16 – 3,53 %.
  8. Natrium (Na)  : 0,16 – 1,31 %.
  9. Clorida (Cl)  :  0,62 – 0,90 %.
  10. Aluminium (Al)  :  0,04 – 0,59 %.
  11. Besi (Fe) :  0,04 – 0,59 %.
  12. Mangan (Mn) : 66 – 2,944 ppm.
  13. Cobalt (Co)  :  0,264 ppm.
  14. Seng (Zn)  :  26 – 989 ppm.
Apa Manfaat Azzola?
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Azzola mempunyai manfaat yang tidak kalah pentingnya.  Beberapa manfaat Azzolla yang sudah diketahui melalui penelitian secara intensif, antara lain :
  1. Sebagai sumber Nitrogen alternatif suplemen pupuk Urea sampai dengan 100 kilogram per hektar.
  2. Sebagai sumber pakan ternak/hijauan dan pakan ikan terutama untuk pakan ayam dan itik.
  3. Azzolla dapat menekan pertumbuhan gulma di lahan sawah.
  4. Azzolla dapat digunakan sebagai tanaman hias air yang unik.
  5. Azzola dapat berperan sebagai kontrol terhadap perkembangan nyamuk.
Bagaimana Aplikasi Azzzola di Lahan Sawah?
Aplikasi Azzolla di lahan sawah relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, petani tinggal mengaplikasikannya tanpa harus membeli.  Biaya yang dikeluarkan hanya untuk bayar tenaga kerja itupun dapat dihemat dan tidak usah dikeluarkan apabila petani melakukanya sendiri.
Aplikasinya cukup mudah. Begini :
  1. Tebarkan Azzolla bersamaan dengan atau 1 minggu sebelum benih padi disemai.
  2. Setelah lahan penuh dengan Azzolla, lakukan pengolahan tanah dengan bajak agar Azzolla terbenam ke dalam tanah.
  3. Setelah olah tanah selesai, selanjutnya dilakukan penanaman bibit padi yang telah disemaikan. Azzolla yang tidak sempat terbenam ke dalam tanah dibiarkan saja agar tumbuh di lahan. Azzolla yang tumbuh dipermukaan ini sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi, karena mampu mengambil Nitrogen yang hanyut oleh air irigasi maupun yang menguap di udara serta dapat menekan pertumbuhan gulma.
  4. Selanjutnya lakukan pemeliharaan tanaman padi seperti biasanya.
Bagaimana sahabat – sahabat penyuluh? Mudah bukan mengapilkasikanya? Oke, mari kita manfaatkan Azzola yang merupakan karunia Yang Maha Kuasa ini untuk kesejahteraan para petani kita.
Salam Penyuluh. Sukses selalu.
Sumber : http://www.penyuluhpertanian.com/inovasi-teknologi-azzola-alternatif-sumber-penyedia-nitrogen-padi-sawah
 http://kolamazolla.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=13
Azolla si Pupuk Hidup
Oleh : Ratna M. Noer



Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.

Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.

Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer. Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya, karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah.

Percobaan pada hewan ternak penghasil susu, jika pakan dicampur dengan 1.5 – 2 kg Azolla per hari menyebabkan peningkatan produksi susu sebanyak 15%. Peningkatan kuantitas susu tidak saja karena kandungan gizi Azolla saja, sehingga diasumsikan bukan hanya nutrien, tetapi juga ada peningkatan komponen lain seperti karotenoid, biopolymer, probiotik yang ikut meningkatkan produksi susu. Memberi pakan unggas dengan Azolla meningkatkan berat ayam broiler dan meningkatkan produksi telur.

Pada tahun 2002 International Journal of Poultry Science, Bangladesh mencobakan jumlah kandungan Azolla dalam ransum ayam broiler sebanyak 5%, 10%, 15%. Dalam jumlah 5%, sebenarnya ayam tumbuh lebih baik dibanding pakan biasa. Pada 10% dan 15% berat badan hampir sama dengan yang diberi pakan biasa, tetapi lemak di perut unggas agak berkurang.

Azolla juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci. Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.

Azolla juga sangat mudah dibudidayakan dan sangat ideal sebagai pupuk hayati (biofertilizer) atau pupuk hijau untuk padi sawah. Permasalahan lahan di sawah adalah bahan organik tanah dan nitrogen seringkali terbatas jumlahnya, sehingga dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia (sintetis). Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina, Vietnam dan Filipina sebagai sumber N bagi padi sawah.

Suatu penelitian internasional di mana Indonesia (Batan) ikut terlibat, menghasilkan temuan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara sebanyak 70 – 90%. N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan terakumulasi dalam sel daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju pertumbuhan Azolla dalam sehari 0,355 – 0,390 gram (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla ditumbuhkan. Dalam kondisi tersebut, dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha yang setara dengan 100 kg urea, yang notabene adalah pupuk kimia !! Lapisan Azolla di atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg urea/ha. Azolla tumbuh dan berkembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.


Wow…betapa alam dapat memberikan sesuatu yang lebih dibanding yang dapat dilakukan oleh manusia. Nah, jika kita punya kolam atau tangki besar yang tidak terpakai seperti bath tub yang sudah tidak digunakan lagi, sementara kita punya hewan ternak atau hewan peliharaan lain, pikirkanlah untuk ‘beternak’ Azolla. Sekali saja butuh modal untuk membeli, selanjutnya akan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Jika tidak punya ternak, tidak salah juga menumbuhkan azolla di kolam atau di pot tanaman kita yang kita beri air. Azolla seperti super sponge, dapat mengambil dan menyimpan air. Azolla juga menjaga tanah tidak ‘terganggu’ saat kita menyiram tanaman dalam pot.

Bagaimana cara memperbanyak Azolla ?

Dari hasil browsing, kira-kira seperti ini: Buatlah stok Azolla dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya. Semprot stok setiap 3 bulan sekali dengan pupuk P (satu sendok makan SP-36 per liter air). Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air. Stok ini digunakan untuk bibit yang akan ditanam di lapang.

Lalu bagaimana cara menggunakan Azolla ?
Setelah bibit Azolla tumbuh dengan baik, tebar Azolla bersamaan atau satu minggu sebelum padi di bibitkan. Setelah lahan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh. Azolla yang tumbuh di permukaan ini dapat mengambil N yang hanyut dan menguap, selain dapat pula menahan pertumbuhan gulma yang menjadi pesaing padi.

Adapun pembiakan Azolla di kolam bisa dilakukan dengan mempersiapkan lahan tanam persis seperti pengolahan tanah untuk bertanam padi. Bedanya ketebalan tanah kolam dari dasar setidaknya antara 7-10 cm, lalu diberi pupuk dasar N,P dan K, di genangi dengan air dan jangan dibiarkan kering. Bila strain azolla didapat dari lapang jangan di tanam di kolam besar yang terkena sinar matahari langsung. Sebaiknya di adaptasikan dulu di kolam kecil untuk diadaptasikan dengan lingkungan yang baru. Lalu baru ditransplantasikan ke kolam induk.

Seorang petani di Kyushu, Jepang T. Furuno berusaha keras tidak menggunakan pestisida untuk menanam padi. Pekerjaan paling sulit adalah menghilangkan gulma, yang akhirnya memunculkan ide menanam padi digabungkan dengan ternak bebek. Bebek ternyata efektif menunaikan tugas mengendalikan gulma dengan cara mengganggu permukaan tanah. Untuk menyediakan nitrogen, azolla ditumbuhkan dalam sistem ini. Azolla memberikan nitrogen bagi padi dan protein bagi bebek yang bertugas menekan pertumbuhan gulma. Di lain pihak kontribusi bebek bagi azolla adalah memberantas serangga penyerang azolla dan karena bebek selalu bergerak, menyebabkan azolla tumbuh menyebar di luasan perairan tersebut. Ekskreta (kotoran) bebek menjadi suplai fosfor bagi azolla. Akhirnya sekarang kultur padi-bebek (rice-duck-azolla system) diadopsi dan sudah umum diterapkan untuk persawahan padi organik.

International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina dan Universite Catholique de Louvain di Belgia telah menyimpan koleksi plasma nutfah azolla hidup. Hingga tahun 1997 koleksi telah mencapai sebanyak 562 aksesi yang meliputi semua species yang dikoleksi dari seluruh dunia. Koleksi dipelihara dalam bentuk kultur ujung tunas (shoot-tip agar cultures), yang ditransfer setiap 3-6 bulan. Di antara koleksi tersebut terdapat jenis yang unik yang tidak dapat diperoleh dari habitat alami karena (i) diperoleh dengan persilangan seksual (79 aksesi), (ii) Anabaena-free, hidup bebas tanpa simbiosis dengan Anabaena (20 aksesi), (iii) azolla yang bersimbiosis dengan alga hijau biru heterologous (6 aksesi), dan mutant (16 aksesi). Untuk mencegah hilangnya aksesi hampir semua azolla koleksi IRRI dibuat duplikatnya di Azolla Research Center, Fujian Academy of Agricultural Science (Fuzhou, Fujian, China).

Bergantung dari sisi mana kita melihatnya, di beberapa wilayah di negara lain yang suhunya lebih hangat, Azolla dianggap sebagai pengganggu. Jika azolla tidak mati maka akan membentuk lapisan tebal seperti selimut atau hamparan permadani yang menutupi permukaan air sehingga menjadi pesaing tumbuhan air yang tumbuh diperairan yang sama. Namun kondisi ini juga dapat menempatkan peran azolla sebagai pengendali larva nyamuk (larvicide) di sawah. Lapisan tebal azolla mengurangi laju difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga membuat larva nyamuk kekurangan oksigen dan tidak sempat menjadi nyamuk dewasa. Mungkin hal ini yang menyebabkan Azolla disebut sebagai paku nyamuk (mosquito fern) selain sebagai paku air (water fern)


Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/01/26/azolla-si-pupuk-hidup/
http://kolamazolla.blogspot.com/search?updated-min=2011-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2012-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1
Azolla 
potensial untuk aneka pakan ternak dan ikan












Video tentang Azolla

Beberapa alamat URL Video tentang Azolla di Youtube :

1.  Cultivation of azolla, a biofertiliser : A Method demonstration  : http://www.youtube.com/watch?v=izuDRRPdp4c
2. Azolla : http://www.youtube.com/watch?v=kJyIeksKaEU&feature=related
3. Azolla : http://www.youtube.com/watch?v=eA-mjXsPBsU&feature=related
4. Improved azolla in Saraswathinagara : http://www.youtube.com/watch?v=DtaGFlJdS2s&feature=related
5. Azolla microphylla from Aren Foundation : http://www.youtube.com/watch?v=4b-4qO3Ufsg

Sumber: http://kolamazolla.blogspot.com/search?updated-min=2010-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2011-01-01T00:00:00-08:00&max-results=1


Sabtu, 28 Juli 2012

Beberapa hasil penelitian Azolla








Penelitian Azolla (Anabaena Azolae)

Di kawasan Timur, Selatan dan Tenggara Asia termasuk Indonesia di mana banyak diusahakan padi sawah, salah satu masalah yang dihadapi adalah kesuburan lahan yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting karena saat sekarang yang dipacu adalh produksi yang semakin tinggi dari satu jenis tanaman yaitu padi sawah, dengan target kenaikan produksi untuk setiap tahun. Justru pada lahan sawah di kawasan tersebut, bahan organik tanah dan tingkat nitrogen acapkali terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia. Sumber nitrogen alternatif ini adalah pupuk hijau. Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah Azolla.

Azolla adalah paku air mini ukuran 3-4 cm yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi N2. Simbiosis ini menyebabkan azolla mempunyai kualitas nutrisi yang baik. Azolla sudah berabad-abad digunakan di Cina dan Vietnam sebagai sumber N bagi padi sawah. Azolla tumbuh secara alami di Asia, Amerika, dan Eropa.

Azolla mempunyai beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata var. imbricata, Azolla rubra.

Kemampuan azolla sebagai sumber penyumbang Nitrogen

Suatu penelitian internasional di mana Indonesia (Batan) ikut terlibat yang diseponsori oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA-Wina) menggunakan 15N menunjukkan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara dari 70 – 90%. N2-fiksasi yang terakumulasi ini yang dapat digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah.

Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa laju pertum-buhan Azolla adalah 0,355 – 0,390 gram per hari (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginoku-lasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azolla tersebut akan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla tersebut ditumbuhkan.

Dalam keadaan ini dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha berarti sama dengan 100 kg urea. Ditemukan juga bahwa Azolla tumbuh kembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.

Kegunaan :
~Sumber N dapat mengganti pupuk urea sampai 100 kg
~Pakan ternak/hijauan, pakan ikan, terutama ayam dan itik
~Menekan pertumbuhan gulma
~Tanaman hias
~Kontrol terhadap perkembangan nyamuk

Hasil penelitian di Batan

Lapisan Azolla di atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg urea/ha.

Aplikasi Azolla untuk menghemat penggunaan pupuk buatan.
Lokasi : Pusakanegara (Pantura)

Perlakuan Produksi padi sawah (ton ha-1)

1. Lapisan Azolla + 50 kg urea 5
2. Lapisan Azolla + 100 kg urea 6
3. Lapisan Azolla + 150 kg urea 6,5
4. Tanpa lapisan Azolla + 150 kg urea 6

Kesimpulan: Optimal pada perlakuan No.2, menghemat 50 kg urea per ha.

Cara perbanyakan Azolla
1. Buatlah stok Azolla dekat rumah dengan bak plastik atau di kolam yang tidak ada ikannya.
2. Semprot stok setiap 3 bulan sekali dengan pupuk P ( 1 sendok makan SP-36 per l air). Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air. Stok ini digunakan untuk bibit yang akan ditanam di lapang.
3. Di lapang petak sawah dibatasi dengan bambu seluas 1m2 seperti ditunjukkan pada

Dengan mengaplikasikasikan Azolla 200 g/m2 :
I. Sampai dengan hari ke-5, Azolla akan berkembang, sehingga permukaan lahan tertutup
penuh (batas garis merah)
II. Hari ke-10, menjadi 2 kali lipat (batas garis biru)
III. Hari ke-15, menjadi 4 kali lipat (batas garis coklat)
IV. Hari ke-20, menjadi 8 kali lipat , dst.

Cara Menggunakan Azolla
1. Tebar Azolla bersamaan atau 1 minggu sebelum padi di bibit
2. Setelah lapangan penuh dengan Azolla, lahan dibajak agar Azolla terbenam
3. Selanjutnya dilakukan penaman padi dan Azolla yang tidak terbenam dibiarkan tumbuh.

Azolla yang tumbuh di permukaan ini dapat :
~ mengambil N yang hanyut dan menguap
~ menahan pertumbuhan gulma

Kandungan unsur hara dalam Azolla Unsur Jumlah
N 1.96-5.30 (%)
P 0.16-1.59 (%)
K 0.31-5.97 (%)
Ca 0.45-1.70 (%)
Mg 0.22-0.66 (%)
S 0.22-0.73 (%)
Si 0.16-3.35 (%)
Na 0.16-1.31 (%)
Cl 0.62-0.90 (%)
Al 0.04-0.59 (%)
Fe 0.04-0.59 (%)
Mn 66 - 2944 (ppm)
Co 0.264 (ppm)
Zn 26 - 989 (ppm)
 
 
Sumber:  http://kolamazolla.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2009-01-01T00:00:00-08:00&max-results=4



Azolla, Pupuk hijau baik untuk padi

Azolla, Pupuk hijau baik untuk padi


Panen padi di Krayan. Dengan mengembangkan Azolla di sawah-sawah ini produksi padi meningkat, meskipun tanpa pemupukan kimia. Selain itu petani juga menikmati hasil panen ikan dan itik.
 
Azolla sp. adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat di perairan yang tergenang terutama di sawah-sawah dan di kolam, mempunyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbosis dengan Anabaena azollae yang dapat memfiksasi Nitrogen (N2) dari udara.

Pada kondisi optimal Azolla akan tumbuh baik dengan laju pertumbuhan 35% tiap hari Nilai nutrisi Azolla mengandung kadar protein tinggi antara 24-30%. Kandungan asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42% lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jagung, dedak, dan beras pecah (Arifin, 1996) dalam Akrimin 2002.

Tanaman Azolla Sp. memang sudah tidak diragukan lagi konstribusinya dalam mempengaruhi peningkatan tanaman padi. Hal ini telah dibuktikan dibeberpa tempat dan beberapa negara. Konstribusi terbesar azolla adalah dengan menjaga hasil panen tetap tinggi. Meskipun penggunaannya sebagai pupuk hijau pada tanaman padi masih dilakukan di China dan Vietnam, dengan adanya peningkatan biaya tenaga kerja , membuatnya kurang diminati.

Meskipun demikian, seiiring dengan perkembangan pupuk hijau, penggunaan azolla ini kini lebih banyak dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dengan adanya mindazbesi yang menggabungkan mina padi dengan azolla, selain menjadikannya sebagai pakan perikanan juga konstribusi dapat digunakan untuk peningkatan produksi padi.



Sawah-sawah di Kecamatan Kayan Nunukan Kaltim ini tidak pernah tersentuh pupuk kimia. Dengan kearifan lokal dibuat suatu konvensi untuk tidak menggunakan kimia di sawah ini. Pure Organic ! 100 % Organic!
 
Tabel Kandungan Nutrisi pada Tanaman Azolla Sp.

1 Nitrogen 4.5
2 Fosfor 0.70
3 Kalsium 0.70
4 Kalium 3.30
5 Magnesium 0.60
6 Mangan 0.10
7 Besi 0.20
8 Protein Kasar 27.00
9 Lemak Kasar 3.20
10 Gula 3.50
11 Amilum 6.50
12 Klorofil 0.50
13 Abu 10.50
14 Serat Kasar 9.10

Pupuk organik Azolla mampu meningkatkan produksi padi hingga sembilan ton per hektare. Padahal umumnya dengan pupuk anorganik (buatan) hanya enam ton per hektare. Demikian diungkapkan mantan Direktur Pupuk Sriwijaya Zaenal Sudjais, peneliti dan pengguna azolla Sudiono dan Ketua Badan Pertimbangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Siswono Yudo Husodo, di Jakarta, Selasa (8/8).

Sudjais mengatakan, dua tahun sebelum pensiun dari Pupuk Pusri, dia menyadari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk buatan secara terus menerus mengakibatkan kandungan organik tanah (humus) menurun drastis. Akibatnya kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara dan kehidupan biota cenderung menurun.

"Ibaratnya tanah pertanian kita selama lebih 30 tahun ini dalam kondisi lapar dan lelah, meskipun penggunaan pupuk anorganik ditingkatkan. Azolla mampu merevitalisasi tanah karena tanaman tersebut merupakan unsur nitrogen yang dibutuhkan tanaman, khususnya padi," kata Sudjais.Azolla merupakan tanaman paku air yang tersebar di daerah tropik dan subtropik. Azolla mengandung N (nitrogen) sekitar 4%-5% dan tanaman ini mampu menimbun N sebanyak 25-30 kg N per hektare selama 30 hari.

Beberapa negara di Asia telah menggunakan azolla sebagai pupuk biologi. Antara lain, China, Srilanka dan Thailand.Sementara itu Sudiono mengungkapkan mengetahui azolla sejak 1991 dari berbagai bacaan. Awalnya dia hanya menjadikan azolla sebagai pupuk organik namun, seiring perkembangan ternyata azolla juga bisa untuk pakan ternak (itik, dan babi).

"Selama menggunakan pupuk azolla hasil panen padi meningkat. Satu hektare dengan penggunaan 2 kuintal azolla mampu menghasilkan sembilan ton padi. Padahal pupuk buatan maksimal enam ton saja," kata Sudiono yang mantan penyuluh pertanian di Kabupaten Malang ini.

Di mata Sisiwono, sebenarnya International Rice Reseach Institute (IRRI) sejak 1972 telah melakukan penelitian terhadap azolla. Tapi anehnya hasilnya tidak pernah dipublikasikan atau dimasyarakatkan.Hal ini disebabkan karena azolla merupakan sumber nitrogen di tanah persawahan yang menjadi pesaing besar bagi pupuk nitrogen buatan. Padahal secara ekonomis, azolla lebih menguntungkan dibanding pupuk nitrogen buatan.

"Azolla mudah dibudidayakan dan murah sehingga ketergantungan terhadap pupuk buatan bisa dihilangkan. Ini menguntungkan petani dan pemerintah sebab gas (bahan baku pupuk buatan) bisa diekspor maksimal," imbuh Siswono.


Sumber: http://kolamazolla.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2009-01-01T00:00:00-08:00&max-results=4

Manfaat Tanaman Azolla

Manfaat Tanaman Azolla

Foto 1. Azolla microphylla di kolam dipanen dengan serok. Azolla basah dan kering.
Azolla basah disukai oleh ikan, itik, maupun ternak besar seperti kambing, sapi, dll. Azolla kering bisa dicampurkan dalam pembuatan pakan ternak untuk menambah nilai gizi, terutama protein.
Foto 2. Kolam Azolla ini ada di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). UMM mengembangkan Azolla di kolam-kolam percobaannya untuk bahan penelitian para dosen dan mahasiswa. Jenis Azolla yang diteliti yaitu Azolla microphylla

Foto 3. Kamaruddin, Sang PPL THL Deptan di Kecamatan Krayan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur sedang mengamati Azolla microphylla yang sudah cukup berkembang di sawah-sawah sejak tahun 2007 yang lalu. Dengan Azolla kesuburan sawah dapat ditingkatkan, petani tidak perlu lagi mendatangkan pupuk Urea dan lainnya, ikan yang ada di sawah juga akan berkembang biak dan tumbuh pesat, serta itik yang dilepas di sawah mendapatkan sumber makanannya yang melimpah, yaitu Azolla microphylla. Begitu ujarnya.

Foto 4. Bapak Ir. Syarifuddin MSi, Dosen UMM ini sangat getol meneliti Azolla microphylla. Dengan kebaikan hati beliaulah bibit Azolla microphylla bisa sampai dan berkembang di Nunukan Kalimantan Timur. Terima kasih Bapak!!
Foto 5. Kolam ini dibersihkan dari ikan untuk secara khusus ditanami Azolla microphylla. Menurut hitungan Ir. Dian Kusumanto kolam Azolla seluas 1 hektar jika produksinya optimal dapat memberi pakan pada sekitar 2000 ekor itik setiap hari.
Tulisan di bawah ini adalah buah pikiran Saudara Agus Rochdianto. Beliau sangat memperhatikan Azolla.


oleh : Agus Rochdianto



Meski sudah diperkenalkan dan dipopulerkan sejak awal tahun 1990-an, ternyata belum banyak petani yang memanfaatkan tanaman azolla (Azolla pinnata) untuk usaha taninya. Padahal manfaat tanaman air yang satu cukup banyak. Selain bisa untuk pupuk dan media tanaman hias, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dan ikan.
Di Bali, azolla biasa dan sering dijumpai terapung di perairan sawah dan kolam ikan. Karena dianggap gulma, para petani lantas menyingkirkannya. Ditumpuk dan dibuang begitu saja. Padahal, bila dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman padi di sawah, azolla ini bisa menekan penggunaan pupuk urea sampai 65 Kg/ha.

Pengganti Urea

Pemanfaatan azolla sebagai pupuk ini memang memungkinkan. Pasalnya, bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (azolla kering) mengandung unsur Nitrogen (N) 3 - 5 persen, Phosphor (P) 0,5 - 0,9 persen dan Kalium (K) 2 - 4,5 persen. Sedangkan hara mikronya berupa Calsium (Ca) 0,4 - 1 persen, Magnesium (Mg) 0,5 - 0,6 persen, Ferum (Fe) 0,06 - 0,26 persen dan Mangaan (Mn) 0,11 - 0,16 persen.
Berdasarkan komposisi kimia tersebut, bila digunakan untuk pupuk mempertahankan kesuburan tanah, setiap hektar areal memerlukan azolla sejumlah 20 ton dalam bentuk segar, atau 6-7 ton berupa kompos (kadar air 15 persen) atau sekitar 1 ton dalam keadaan kering. Bila azolla diberikan secara rutin setiap musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk buatan lagi.

Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla mensubstitusikan 1/4 - 1/3 dosis pemupukan.
Dibanding pupuk buatan, azolla memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga istimewa, karena azolla mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara.
Untuk media tanam

Penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar, bisa juga dalam bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam aneka jenis tanaman hias mulai dari bonsai, suplir, kaktus sampai mawar. Untuk media tanaman hias, selain digunakan secara langsung, kompos azolla ini juga bisa dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3 : 1 : 1.

Untuk membuat kompos azolla, caranya cukup mudah. Buat saja lubang ukuran (P x L x D) 3 x 2 x 2 meter. Kemudian azolla segar dimasukkan ke dalam lubang. Seminggu kemudian azolla dibongkar. Untuk mengurangi kadar air menjadi 15 persen, azolla yang sudah terfermentasi tersebut lantas dijemur. Setelah agak kering, baru dikemas dalam kantong plastik atau langsung digunakan sebagai media tanam.

Pakan ternak dan ikan

Selain untuk pupuk dan media tanam, azolla juga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, khususnya itik dan beragam jenis ikan omnivora dan herbivora. Sebagai pakan ternak, kandungan gizi azolla cukup menjanjikan. Kandungan protein misalnya, mencapai 31,25 persen, lemak 7,5 persen, karbohidrat 6,5 persen, gula terlarut 3,5 persen dan serat kasar 13 persen.
Bila digunakan untuk pakan itik, penggunaan azolla segar yang masih muda (umur 2 - 3 minggu) dicampur dengan ransum pakan itik. Berdasarkan hasil penelitian, campuran azolla 15 persen ke dalam ransum ini, terbukti tidak berpengaruh buruk pada itik. Maksudnya, itik tetap menyantap pakan campuran azolla ini dengan lahapnya. Produksi telur, berat telur dan konversi pakan juga tetap normal. Ini bearti penggunaan azolla bisa menekan 15 persen biaya pembelian pakan itik. Tentu saja hal ini cukup menguntungkan peternak karena bisa mengurangi biaya pembelian pakan itik.

Sama seperti untuk itik, bila akan dimanfaatkan untuk pakan ikan, azolla bisa diberikan secara langsung dalam keadaan segar. Boleh juga dengan mengolahnya terlebih dulu menjadi tepung. Tepung azolla ini, selanjutnya digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat pakan buatan (pelet) untuk ikan.

Berdasarkan kaji terap di lapangan, dalam keadaan segar azolla bisa diberikan untuk pakan ikan gurami, tawes, nila dan karper. Dengan pemberian pakan berupa azolla, terbukti ikan tetap bisa tumbuh pesat. Tak kalah dengan ikan lainnya yang diberi pakan buatan berupa pelet.Di saat harga pupuk, pakan ternak dan ikan mahal seperti belakangan ini, tak ada salahnya bila azolla ini menjadi salah satu alternatif pilihan yang secara finansial cukup menguntungkan. Baik digunakan sendiri secara langsung atau untuk dibisniskan. Mau coba ? (gus) 
 
 
Sumber:  http://kolamazolla.blogspot.com/search?updated-min=2008-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2009-01-01T00:00:00-08:00&max-results=4